Suku Tengger Bromo
Menurut legenda masyarakat ,keberadaan Suku Tengger
berasal dari penduduk asli Jawa pada masa pemerintahan kerajaan
Majapahit.Saat masuknya Islam ke pulau jawa terjadi persinggungan dengan
kerajaan-kerajaan yang ada di pulau jawa, yang salah satunya kerajaan
majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam,
kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman Gunung Bromo dan Semeru. Pasangan Roro Anteng dan Joko Seger yang melarikan diri ke pedalaman Gunung Bromo,
kemudian menjadi penguasa daerah tersebut dan diberi nama “Tengger”
diambil dari akhiran “Teng” dari Roro Anteng dan “Ger” dari Joko Seger.
Ciri khas Suku Tengger adalah kain sarung yang selalu dililitkan dilehernya, serta kupluk yang menjadi penutup kepala yang merupakan hasil adaptasi dari suhu Gunung Bromo yang begitu dingin.
Warga Tengger pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani sayuran karena kesuburan tanahnya yang tak lepas dari 2 gunung yang masih aktif yaitu Gunung Bromo dan Gunung Semeru.Hasil pertanian suku tengger dijual keluar desanya dengan bantuan pengepul yang yang berasal dari Probolinggo, Pasuruan dan kota besar lainnya karena hasil pertanian dari Suku Tengger terkenal dengan kualitasnya yang tahan lama dibandingkan hasil pertanian daerah lain.. Selain bertani, ada sebagian masyarakat Suku Tengger yang berprofesi menjadi pemandu wisatawan di Bromo. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menawarkan kuda yang mereka miliki untuk disewakan kepada wisatawan dan juga sebagian menjadi sopir jeep.
Bahasa yang dipakai sehari hari masyarakat Suku Tengger adalah bahasa jawa kuno yang diyakini sebagai dialek asli orang Majapahit. Suku Tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mengembangkan variasai budaya yang khas. Kekhasan ini bisa dilihat dari bahasanya, dimana mereka menggunakan bahasa Jawa dialek Tengger, tanpa tingkatan bahasa sebagaimana yang ada pada tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa pada umumnya.
Masyarakat tengger mayoritas memeluk agama Hindu, namun agama Hindu yang dianut bukan Hindu Dharma seperti yang ada di Bali, Hindu yang berkembang di masyarakat Suku Tengger adalah Hindu Mahayana. Bagi Suku Tengger, Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada (Kasodo). Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo.
http://bromomalangtour.blogspot.com/2012/06/suku-masyarakat-adat-tengger.html
Ciri khas Suku Tengger adalah kain sarung yang selalu dililitkan dilehernya, serta kupluk yang menjadi penutup kepala yang merupakan hasil adaptasi dari suhu Gunung Bromo yang begitu dingin.
Warga Tengger pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani sayuran karena kesuburan tanahnya yang tak lepas dari 2 gunung yang masih aktif yaitu Gunung Bromo dan Gunung Semeru.Hasil pertanian suku tengger dijual keluar desanya dengan bantuan pengepul yang yang berasal dari Probolinggo, Pasuruan dan kota besar lainnya karena hasil pertanian dari Suku Tengger terkenal dengan kualitasnya yang tahan lama dibandingkan hasil pertanian daerah lain.. Selain bertani, ada sebagian masyarakat Suku Tengger yang berprofesi menjadi pemandu wisatawan di Bromo. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menawarkan kuda yang mereka miliki untuk disewakan kepada wisatawan dan juga sebagian menjadi sopir jeep.
Bahasa yang dipakai sehari hari masyarakat Suku Tengger adalah bahasa jawa kuno yang diyakini sebagai dialek asli orang Majapahit. Suku Tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mengembangkan variasai budaya yang khas. Kekhasan ini bisa dilihat dari bahasanya, dimana mereka menggunakan bahasa Jawa dialek Tengger, tanpa tingkatan bahasa sebagaimana yang ada pada tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa pada umumnya.
Masyarakat tengger mayoritas memeluk agama Hindu, namun agama Hindu yang dianut bukan Hindu Dharma seperti yang ada di Bali, Hindu yang berkembang di masyarakat Suku Tengger adalah Hindu Mahayana. Bagi Suku Tengger, Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada (Kasodo). Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo.
http://bromomalangtour.blogspot.com/2012/06/suku-masyarakat-adat-tengger.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar